Kelesuan ruhiyah adalah satu fenomena yang agak merbahaya yang menjadi suatu gejala yang tidak sihat berlaku kepada sebahagian aktivis dakwah di mana ianya mampu dibaca oleh mereka yang mempunyai pandangan yang tajam yang memberi perhatian terhadap :

  1. Tutur kata.
  2. Pandangan mata.
  3. Gerak langkah.
seseorang aktivis tersebut.

Di kalangan aktivis dakwah, perkara sedemikian cukup merbahaya dan berpotensi untuk melemahkan kekuatan dakwah, di samping sebagai bukti menjauhnya mereka dari manhaj yang mereka kenali.

Semua kita tahu bahwa aspek :

a. Ruhiyah.
b. Ibadah.

merupakan olahan dan garapan yang utama terhadap manhaj dakwah.

Penekanan terhadap dua aspek ini bukanlah sesuatu yang berlebihan sehingga memberi gambaran adanya usaha pembentukan arus tasawuf dalam dakwah.

Yang jelas bahwa dua aspek ini adalah perintah dari Allah yang mesti ditegakkan di samping menjadi wasilah yang akan menyokong kesepaduan dakwah.

Apabila nilai-nilai tersebut terlepas dari genggaman aktivis dakwah, maka ianya akan melemahkan semangat ruhiyahnya sehingga kemudiannya ia jatuh `sakit' dan berakhir dengan `kematian' ruhiyah tersebut, Naudzubillah.

Kejadian fenomena ruhiyah yang lesu dan rapuh ini tidak sedikit jumlahnya. Di sini akan disebutkan sebahagiannya sambil diperturunkan beberapa peristiwa di medan agar dapat menjadi peringatan bagi setiap aktivis dakwah dan seterusnya dia perlu bersegera bagi mengatasinya :

PERTAMA : MERASAKAN KERAS DAN KASARNYA HATI

Fenomena di atas mengakibatkan seseorang merasakan bahwa hatinya telah berubah menjadi batu yang keras.

Tidak ada sesuatupun yang dapat menyerap kepadanya ataupun mempengaruhinya.

Tidaklah berlebihan jika ungkapan di atas dinyatakan sebegitu, bahkan Al Qur'an telah menerangkan bahwa hati boleh mengeras hingga menjadi sekeras batu.


Allah swt berfirman :

"Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi." (QS Al Baqarah : 74)

KEDUA : PERANGAI YANG TERSUMBAT DAN DADA YANG SEMPIT

Fenomena ini menjadikan seseorang :

  1. Terasa ada beban berat yang menghimpit sehingga termengah-mengah keletihan.
  2. Sering mengomel dan mengeluh terhadap sesuatu yang tidak jelas.
  3. Gelisah dan sempit dalam pergaulan sehingga tidak peduli terhadap penderitaan orang lain bahkan timbul ketidaksukaan kepada mereka.
KETIGA : TIDAK TERPENGARUH OLEH AYAT-AYAT AL QUR’AN

Hatinya tidak sedikitpun terkesan dengan ayat-ayat Al-Qur'an yang mengandungi tuntutan, larangan, ancaman atau tentang peristiwa kiamat.

Dia mendengarkan Al-Qur'an seperti mendengar kalam-kalam lainnya.

Lebih merbahaya lagi apabila dia merasa sempit dada ketika mendengarkan ayat Al-Qur'an seperti sempitnya dia ketika mendengarkan perbualan orang lain.

Dia tidak menyediakan waktu sedikitpun untuk tilawah dan apabila mendengarnya dari orang lain dia tidak melakukannya dengan khusyu' dan tenang.

KEEMPAT : PERISTIWA KEMATIAN TIDAK MEMBERIKAN BEKAS KEPADA DIRINYA

Boleh dikatakan semua peristiwa yang melibatkan kematian sedikitpun tidak ada pengaruh terhadap dirinya seperti :

  1. Menyaksikan orang mati.
  2. Mengusung jenazah.
  3. Menguburkannya di liang lahad.
Jika melalui kawasan perkuburan, seakan-akan ianya hanya berpapasan dengan batu-batu bisu yang tidak sedikitpun mengingatkannya terhadap kematian.

KELIMA : KECINTAANNYA TERHADAP KESENANGAN DUNIAWI SENTIASA BERTAMBAH DAN KESUKAAN MEMENUHI SYAHWAT SENTIASA BERKOBAR-KOBAR

Fikirannya tidak lari jauh melainkan sentiasa berfikir untuk melampiaskan syahwat tersebut sehingga dia merasa tenteram bila sudah memperolehinya.

Apabila melihat orang lain memperolehi kenikmatan dunia seperti harta, kedudukan, pangkat, rumah atau pakaian yang bagus dia merasa tersiksa dan menganggap dirinya gagal.

Lebih tersiksa lagi apabila yang mendapatkan kenikmatan duniawi itu adalah saudaranya sendiri atau sahabatnya. Kadang-kadang timbul pada dirinya penyakit dengki di mana dia tidak ingin kenikmatan itu tetap ada pada saudaranya.

KEENAM : ADA KEGELAPAN DALAM RUHIYAH YANG BERBEKAS DI WAJAHNYA

Hal ini mampu diamati oleh mereka yang memiliki ketajaman firasat dan memandang dengan nur Allah.

Setiap mu'min memiliki nur sesuai dengan kadar keimanannya dan dia mampu melihat sesuatu yang tidak mampu dilihat orang lain.

Kegelapan ruhiyah tadi adalah begitu pekat sehingga begitu jelas tergambar di wajahnya dan dapat diamati oleh mereka yang memiliki firasat imaniyah yang paling lemah sekalipun.

Manakala kegelapan yang samar-samar hanya dapat diamati oleh mereka yang memiliki firasat imaniyah yang kuat.

KETUJUH : BERMALAS-MALAS DALAM MELAKUKAN KEBAIKAN DAN IBADAH

Perkara tersebut terlihat jelas dengan kurangnya perhatian dan semangat.

Solat yang dilakukan hanya sekadar :

  1. Gerakan.
  2. Bacaan.
  3. Berdiri.
  4. Duduk.
yang tidak memiliki sandaran yang kuat sedikitpun. Bahkan nampak dia merasa terganggu oleh solat seakan-akan dia berada dalam penjara di mana dia ingin sekali berlepas diri darinya secepat mungkin.

KELAPAN : LUPA YANG KETERLALUAN KEPADA ALLAH

Sedikitpun dia tidak berzikir dengan lisannya dan tidak juga ingat kepada Allah swt, padahal dia sentiasa menyaksikan ciptaan Allah swt.

Bahkan kadang-kadang dia merasa keberatan untuk sekadar berzikir atau berdoa kepada Allah swt. Jika dia mengangkat tangannya, dengan cepat sekali dia turunkan kembali untuk segera pergi.

BEBERAPA CARA PENYEMBUHAN

Berikut adalah beberapa cara penyembuhan bagi menyinarkan kembali ruhiyahnya yang telah lesu atau bahkan telah mati.

PERTAMA : SENTIASA DALAM ZIKRULLAH

Yang dimaksudkan dengan zikir di sini adalah berzikir dengan lisan disertai dengan :

  1. Persetujuan hati.
  2. Tafakur akan ciptaan Allah.
  3. Mengambil petunjuk melalui makhluk-makhlukNya untuk mengetahui keagungan kekuasaanNya, kecermatan hikmahNya, keluasan rahmatNya serta keterikatan makhluk denganNya.
  4. Merasakan pengawasan Allah dan kekuasaanNya yang mutlak terhadap manusia serta pentingnya memiliki sifat malu kepadaNya.
Semua perkara tersebut tidak mungkin dicapai dengan mudah bagi orang yang lemah ruhiyahnya.

Untuk memperolehinya diperlukan :

  1. Kesabaran.
  2. Tekad yang tinggi.
  3. Tidak mudah gelisah.
  4. Usaha bertahap sedikit demi sedikit.
Setiap kali dia memperolehi sebahagian perkara di atas, maka akan menguatlah ruhiyahnya dan semakin berkurang kelesuannya hingga hilangnya tanda-tanda penyakit ruhiyah tadi.

Seterusnya dia memasuki tahap penyembuhan hingga dia benar-benar sembuh sepenuhnya. Ketika itulah dia akan merasakan nikmatnya nilai-nilai luhur tadi dan dia akan semakin melekat kuat kepadanya.

Orang yang lesu ruhiyahnya bagaikan orang yang menderita sakit yang tidak mempunyai nafsu kepada makanan yang enak.

Namun, dengan berlalunya waktu dan mencuba memasukkan makanan sedikit demi sedikit, fizikalnya akan kembali kuat dan hilanglah tanda-tanda penyakit itu. Selepas itu, dia akan kembali sihat dan dapat menikmati makanan yang enak dengan penuh kerinduan dan gembira.

KEDUA : MENGHADIRKAN POTRET AKHIRAT DAN SEGALA YANG AKAN BERLAKU KETIKA INI

Di akhirat nanti akan ada orang yang berkeinginan untuk kembali semula ke dunia bagi menghabiskan seluruh umurnya demi keselamatannya jika dibenarkan.

Hendaknya seorang aktivis dakwah merenung bahwa rumah akhirat pertama yang akan didudukinya adalah kubur.

Hendaklah dia :

  1. Membayangkannya dengan tajam.
  2. Memasang potret kubur yang gelap itu diingatannya.
  3. Mengenang tidurnya yang bersendirian di mana tidak ada penghibur kecuali amalnya.
Disebut dalam sebuah kitab bahwa dahulu ada seorang yang soleh menggali sebuah kubur di rumahnya. Setiap kali dia merasa kekerasan di hatinya, dia masuk ke dalam kubur tersebut seraya membaca firman Allah :

"Dia berkata, Ya Rabb kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang soleh terhadap yang telah kutinggalkan." (QS Al Mu'minun : 99-100)

Kemudian orang soleh itu berkata :

"Wahai jiwa, kini engkau telah kembali ke dunia, maka beramallah dengan amalan soleh."

KETIGA : HENDAKLAH SETIAP AKTIVIS DAKWAH INGAT BAHWA KEMATIAN LEBIH DEKAT KEPADANYA DARI TALI KASUTNYA

Janganlah dia tertipu oleh :

  1. Masa muda.
  2. Kekuatannya.
  3. Kesegarannya.
Kematian tidak mengenal masa muda. Kekuatan dan kesihatan tidak mampu mencegah kehadirannya.

Di antara hikmah dan rahmat Allah kepada kita bahwa Dia memperlihatkan kepada kita kematian yang merenggut nyawa seorang bayi, anak kecil, orang muda, orang tua dan juga orang sakit.

Oleh kerananya, setiap orang mesti ingat bahwa dia pasti mengalami kematian bila-bila masa sahaja agar sentiasa bertambah sikap berhati-hati dan bersiap sedia meninggalkan dunia.

Tahukah kita tentang kematian dan sakaratul maut yang menakutkan itu?

Ketika sakaratul maut tiba pada diri seseorang, syaitan menghimpun segala kekuatan, kelicikan dan fikirannya di mana dia berkata kepada dirinya :

"Jika orang ini lepas dari genggamanku, aku tidak akan mampu lagi mempengaruhinya."

Maka :

  1. Dipujuknya orang itu untuk kufur.
  2. Dihadapkan cinta kepadanya akan kemurtadan.
  3. Dihiasinya dunia di matanya sambil mengingatkan orang tersebut akan kenikmatan yang dia inginkan.
Semua ini dilakukan agar orang tersebut berpaling dari akhirat dan harapan bertemu Allah dan akhirnya orang itupun tidak ingin mengalami kematian dan matilah dia dalam kekufuran, Naudzubillah.

Diceritakan tentang seorang ‘arif yang dikunjungi oleh para sahabatnya ketika sedang menderita sakit yang membawa kepada kematiannya.

Ketika itu mereka melihat orang ‘arif tadi menangis. Maka dihiburkannya oleh mereka dengan mengingatkan bahwa seluruh perbuatannya baik dan rahmat Allah pasti tercurah untuknya.

Orang ‘arif tersebut berkata :

"Aku menangisi imanku yang aku khuatirkan dirampas ketika sakaratul maut."

Cukuplah sebagai pelajaran bagi setiap aktivis pendakwah bahwa menghadirkan kematian dan tidak melupakannnya akan membuatnya sentiasa merasa asing hidup di dunia ini.

Dia akan dapat memahami dengan baik makna ungkapan Rasulullah saw :

"Jadilah engkau di dunia, seakan seorang asing atau (bahkan) pengembara. Dan golongkan dirimu dalam kelompok penduduk kubur." (HR Bukhari, Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Majah)

Perasaan `terasing' tersebut mampu memberi kesan yang sangat unik di antaranya :

PERTAMA :

Segala ujian serta cobaan yang dialami akan terasa ringan.

KEDUA :

Penderitaan akan terasa ringan, hati menjadi sabar, kebahagiaan yang tercela akan merenyuk dan dunia yang menipu menjadi jauh.

KETIGA :

Pandangan kita akan tertumpu ke tempat tinggal yang sebenarnya berupa rumah akhirat. Dia tidak akan merasa tenteram dengan kehidupan duniawi apalagi condong kepadanya.

Seorang asing menyedari bahwa menetapnya dia di negeri asing hanyalah sementara sedangkan hatinya sentiasa menoleh ke :

  1. Rumah yang tidak akan pernah binasa.
  2. Rumah yang dekat dengan Rabbnya di mana dia dapat melihatNya.
Apabila dia merenungi kenikmatan akhirat, maka dia pun akan terbuai dengan harapan dan cita-cita. Harapan yang benar tentunya mesti diiringi oleh usaha yang bersungguh-sungguh agar dapat sampai kepada yang dicita-citakan.

KEEMPAT :

Memelihara dengan serius segala wasilah penyucian diri dan menyokongnya dengan kekuatan dan semangat.

Sesungguhnya :

  1. Ruhiyah boleh menjadi kotor dan memerlukan penyucian.
  2. Ruhiyah akan mengalami kelesuan maka mesti sentiasa diberi semangat.
  3. Ruhiyah juga mengalami sakit yang memerlukan pengubatan.
  4. Ruhiyah juga mengalami kelemahan yang perlu diberi kekuatan.
Semuanya itu boleh dilakukan melalui ibadah yang terus menerus dan ibadah yang paling utama adalah solat.

Maka bukanlah suatu yang berlebihan apabila Rasulullah saw mewasiatkan pentingnya solat kepada umatnya ketika baginda akan menutup hayatnya.

Solat merupakan suatu ibadah yang menyenangkan dan dapat menyucikan ruh dari segala kotoran dan menghubungkan seorang hamba kepada Rabbnya.

Selain itu ada wasilah-wasilah lain seperti membaca Al Qur'an sebelum subuh atau sesudahnya, membaca wirid ma'tsuraat, berziarah ke kubur sekali dalam seminggu dan lain-lain.

Mari kita pegang erat-erat peringatan-peringatan di atas kerana ia adalah sebahagian dari manhaj Islam dan jangan kita anggap ianya hanya sekadar tulisan untuk mengisi masa kosong, menyenangkan pemikiran atau menyegarkan jiwa sesaat sahaja dan setelah itu tidak ada gunanya lagi.

Ya Allah, kurniakanlah kekuatan ruhiyah dalam diri kami supaya kami dapat menghadapi segala ujian dan cobaanMu di dunia dengan penuh kesabaran dan mengharapkan kemenangan dariMu. Berilah kekuatan tekad kepada kami sehingga kami mampu memikul perjuangan dakwah ini, melaksanakannnya, bersikap jujur kepadaMu serta membuktikan apa yang dijanjikan oleh kami.

Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS

Sumber ambilan :http://tinta-perjalananku.blogspot.com/2012/01/gejala-kelesuan-ruhiyah.html

0 ulasan:

 
Home | Gallery | Tutorials | Freebies | About Us | Contact Us

Copyright © 2009 KEMBARA SUFI |Designed by Templatemo |Converted to blogger by BloggerThemes.Net

Usage Rights

DesignBlog BloggerTheme comes under a Creative Commons License.This template is free of charge to create a personal blog.You can make changes to the templates to suit your needs.But You must keep the footer links Intact.