Ikhwah dan akhawat yang dirahmati ALlah...
Iman adalah mutiara dan pemangkin dalam diri kita para mukmin, lebih-lebih lagi akh amilin yang terlibat di medan dakwah. Halangan yang berbagai di hadapan kita menuntut kita melihat kepada darjah iman kita. Oleh itu, jika kita dapati iman lemah, maka dapatkan anasir yang menguatkannya. Bagaimana mengenali iman yang lemah itu? Tips di bawah memandu kita untuk mengenalinya.
1. Ketika anda sedang melakukan kedurhakaan atau dosa.
Hati-hatilah! Sebab, perbuatan dosa jika dilakukan berkali-kali akan menjadi kebiasaan. Jika sudah menjadi kebiasaan, maka segala keburukan dosa akan hilang dari penglihatan kita. Akibatnya, kita akan berani melakukan perbuatan durhaka dan dosa secara terang-terangan.
Rasulullah saw. bersabda,
“Tidak ada pezina yang di saat berzina dalam keadaan beriman. Tidak ada pencuri yang di saat mencuri dalam keadaan beriman. Begitu pula tidak ada peminum arak di saat meminum dalam keadaan beriman.” (Bukhari, hadis nombor 2295 dan Muslim, hadis nombor 86)
2. Ketika hati anda terasa begitu keras dan kaku.
Sehingga menyaksikan orang mati terkujur kaku pun tidak dapat menasihati dan melunakkan hati anda. Bahkan, ketika ikut mengangkat si mayat dan mengebumikannya dengan tanah tidak memberikan apa-apa kesan kepada hati kita. Hati-hatilah! Jangan sampai kita masuk ke dalam ayat ini, “Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi.” (Al-Baqarah: 74)
3. Ketika anda tidak tekun dalam beribadah.
Tidak khusyuk dalam solat. Tidak menyemak dalam membaca Al-Qur’an. Mengelamun semasa berdoa. Semua dilakukan sebagai rutin sahaja dan semakan hafalan karena kebiasaan saja. Tidak memberi konsentrasi sama sekali. Beribadah tanpa ruh. Ketahuilah! Rasulullah saw. berkata, “Tidak akan diterima doa dari hati yang lalai dan main-main.” (Tirmidzi, hadis nombor 3479)
4. Ketika anda terasa malas untuk melakukan ketaatan dan ibadah.
Bahkan, meremehkannya. Tidak melakukankan shalat di awal waktu. Mengerjakan shalat ketika 'injury time', waktu solat sudah penghujungnya. Menunda-nunda pergi haji padahal kesihatan, waktu, dan kewangan telah cukup. Menunda-nunda pergi solat Jumaat dan lebih suka berada di saff yang paling belakang. Waspadalah jika kita berprinsip, datang paling lewat, pulang paling cepat. Ketahuilah, Rasulullah saw. bersabda, “Masih ada saja segolongan orang yang menunda-nunda mengikuti saff pertama, sehingga Allah pun menunda keberadaan mereka di dalam neraka.” (Abu Daud, hadis nombor 679)
Allah swt. menyebut sifat malas seperti itu sebagai sifat orang-orang munafik. “Dan, apabila mereka berdiri untuk solat, mereka berdiri dengan malas.”
5. Ketika hati anda tidak merasa lapang.
Dada terasa sesak, perangai berubah, merasa sempit dada dengan tingkah laku orang di sekitar anda. Suka membesar-besarkan hal-hal kecil lagi remeh-temeh. Ketahuilah, Rasulullah saw. berkata, “Iman itu adalah kesabaran dan kelapangan hati.” (As-Silsilah Ash-Shahihah, nombor 554)
6. Ketika anda tidak tersentuh oleh kandungan ayat-ayat Al-Qur’an.
Tidak bergembira ayat-ayat yang mengandungi janji-janji baik dari Allah. Tidak takut dengan ayat-ayat ancaman. Tidak tenang dikala mendengar ayat-ayat perintah. Hati tidak tersentuh ketika membaca ayat-ayat mengenai kiamat dan neraka. Hati-hatilah, jika anda merasa bosan dan malas untuk mendengarkan atau membaca Al-Qur’an. Jangan sampai anda membuka mushaf, tapi di saat yang sama melalaikan isinya dan tidak melaksanakan perintahnya.
Ketahuilah, Allah swt. berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gementarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (kerananya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. ” (Al-Anfal:2)
7. Ketika anda melalaikan Allah dalam hal berzikir dan berdoa kepada-Nya.
Sehingga kita merasa berzikir adalah pekerjaan yang paling berat. Jika mengangkat tangan untuk berdoa, secepat itu pula kita menangkupkan tangan dan menyudahkannya. Hati-hatilah! Jika hal ini telah menjadi tingkahlaku dan amalan kita. Sebab, Allah telah menyifatkan orang-orang munafik dengan firman-Nya, “Dan, mereka tidak menyebut Allah kecuali hanya sedikit sekali.” (An-Nisa:142)
8. Ketika anda tidak merasa marah ketika menyaksikan dengan mata kepala sendiri pelanggaran terhadap hal-hal yang diharamkan Allah.
Keghairahan kita padam. Anggota tubuh kita tidak tergerak untuk melakukan nahi munkar. Bahkan, raut muka kita pun tidak berubah sama sekali. Sedangkan kadangkala maksiat yang dilakukan boleh membawa kepada kekufuran.
Ingatlah, pesan Rasulullah saw. ini, “Barangsiapa di antara kamu yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah kemungkaran itu dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lidahnya. Kalau tidak sanggup, maka dengan hatinya, dan ini adalah selemah-lemahnya iman.” (Bukhari, hadis nombor 903 dan Muslim, hadis nombor 70)
9. Ketika anda mahukan penghormatan dan suka menonjol diri.
Gila kedudukan, menonjolkan diri untuk tampil sebagai pemimpin tanpa mempunyai kemampuan dan tanggung jawab. Suka menyuruh orang lain berdiri ketika dia datang, hanya untuk mengenyangkan jiwa yang sakit karena begitu suka diagung-agungkan oleh orangramai.
Allah berfirman, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Luqman:18)
“Jika kamu sekalian menghendaki, akan kukhabarkan kepadamu tentang kepemimpinan dan apa kepemimpinan itu. Pada awalnya ia adalah cela, keduanya ia adalah penyesalan, dan ketiganya ia adalah azab hari kiamat, kecuali orang yang adil.” (Shahihul Jami, 1420).
Untuk orang yang tidak tahu malu seperti ini, perlu diingatkan sabda Rasulullah saw. yang berbunyi, “Iman mempunyai tujuh puluh lebih, atau enam puluh lebih cabang. Yang paling utama adalah ucapan `Laa ilaaha illallah’, dan yang paling rendah adalah menghilangkan sesuatu yang mengganggu dari jalanan. Dan malu adalah salah satu cabang dari keimanan.” (Bukhari, hadis nombor 8, dan Muslim, hadis nombor 50)
10. Ketika Anda bakhil dan kikir.
Ingatlah perkataan Rasulullah saw. ini, “Sifat kikir dan iman tidak akan bersatu dalam hati seorang hamba selama-lamanya. ” (Shahihul Jami’, 2678)
Sumber: Diubahsuai dari http://jimaj.blogspot.com/2009/07/